Jumat, 18 September 2015

Budaya Organisasi

Review Jurnal
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI DAN
KEPUASAN KERJA SERTA KINERJA KARYAWAN PADA SUB SEKTOR
INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU SKALA MENENGAH
DI JAWA TIMUR
Tujuan dari penelian ini adalah untuk mengetahui bagaimana besarnya Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur khususnya karyawan dibagian produksi. Secara positif perilaku seseorang akan berpengaruh terhadap kinerjanya, motivasi berpengaruh kepada kepuasan kerja dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja. Budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi, kepuasan kerja dan kinerja.
Kata kunci:  budaya organisasi, motivasi, kepuasan kerja, kinerja dan perilaku manusia.
Masalah yang seringkali dihadapi perusahaan yang ada di Indonesia adalah rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia. Sumber Daya Manusia di Indonesia jumlahnya melimpah, akan tetapi dari segi kualitas, bisa dikatakan sangatlah rendah jika dibandingan dengan Negara ASEAN yang lain baik dalam segi intelektual maupun dalam hal teknis sehingga produktifitasnya rendah.
Menanggapi permasalahan SDM yang ada, maka perlu dilakukan pemanfaatan secara optimal. Jumlah sumber daya manusia yang besar apabila didayagunakan secara efektif dan efisien akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya pembangunan nasional yang berkelanjutan. Untuk itu dibutuhkan fasilitas berupa pendidikan yang berkualitas dan lapangan pekerjaan yang memadai. Ketika hal tersebut terpenuhi, maka tingkat produktifitas akan meningkat.
Tingkat produktifitas akan dicapai ketika ada kepuasan kerja dikalangan karyawan. Persoalan kepuasan kerja akan dapat terlaksana dan terpenuhi apabila beberapa variabel yang mempengaruhi mendukung sekali. Variabel yang dimaksud adalah Culture dan Motivation. Dapat dikatakan variabel tersebut mempengaruhi kinerja seseorang dan pada ujung-ujungnya kinerja  perusahaan dapat tercapai dengan baik.
Berbicara masalah culture (budaya), itu sendiri merupakan hal yang esensial bagi suatu organisasi atau perusahaan, karena akan selalu berhubungan dengan kehidupan yang ada dalam perusahaan. Mengapa budaya organisasi penting, karena merupakan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam hirarki organisasi yang mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi. Budaya yang produktif adalah budaya yang dapat menjadikan organisasi menjadi kuat dan tujuan perusahaan dapat terakomodasi.
Pendapat Bliss (1999) mengatakan bahwa didalam budaya terdapat kesepakatan yang mengacu pada suatu sistem makna secara bersama, dianut oleh anggota organisasi dalam membedakan organisasi yang satu dengan yang lainnya. Lain halnya dengan Robbins (1996:289); budaya organisasi merupakan suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi, dan merupakan suatu sistem makna bersama.
Berbagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang tentunya berbeda-beda dalam bentuk perilakunya. Dalam organisasi implementasi budaya dirupakan dalam bentuk perilaku artinya perilaku individu dalam organisasi akan diwarnai oleh budaya organisasi yang bersangkutan. Arnold dan Feldman (1986:24); perilaku individu berkenaan dengan tindakan yang nyata dilakukan oleh seseorang dapat diartikan bahwa dalam melakukan tindakan seseorang pasti akan tidak terlepas dari perilakunya.
Selain budaya, variable yang bisa meningkatkan kepuasan kerja adalah motivation (motivasi). Motivasi merupakan proses yang berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian sasaran. Berbagai usaha yang dilakukan oleh manusia tentunya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya, namun agar keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan apabila tanpa usaha yang maksimal.
Dalam memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya. Motivasi yang muncul akan menimbulkan dorongan untuk melakukan yang terbaik demi pencapaian tujuan. Motivasi bisa datang dari luar bisa juga dari dalam. Motivasi inilah yang memunculkan kepuasan kerja sehingga mendorong kinerja.
Kepuasan kerja merupakan perasaan yang muncul karena apa yang diinginkan tercapai atau apa yang didapatkan lebih dari apa yang diharapkan. Dole and Schroeder (2001); Kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai perasaan dan reaksi individu terhadap lingkungan pekerjaannya, sedangkan menurut Testa (1999) dan Locke (1983); Kepuasan kerja merupakan kegembiraan atau pernyataan emosi yang positif hasil dari penilaian salah satu pekerjaan atau pengalaman-pengalaman pekerjaan. Nasarudin (2001); Igalens and Roussel (1999); biasanya kepuasan ini muncul karena pekerjaan mendapatkan penilaian yang adil dari pimpinan.
Kepuasan kerja yang muncul inilah yang dapat meningkatkan kinerja. Seseorang akan selalu mendambakan penghargaan terhadap hasil pekerjaanya dan mengharapkan imbalan yang adil. Penilaiaan kinerja perlu dilakukan seobyektif mungkin karena akan memotivasi karyawan dalam melakukan kgiatannya. Disamping itu pula penilaan kinerja dapat memberikan informasi untuk kepentingan pemberian gaji, promosi dan melihat perilaku karyawan.
Dari hasil penelitian pada Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur. Dimana ada beberapa perusahaan yang dijadikan sampel yakni:
1. Surabaya : PT.Efrata Indah dengan sampel 69 orang
2. Gresik: PT.Tulus Tritunggal dengan sampel 78 orang
3.  Sidoarjo: PT.Rimba Prima Nusantara dengan sampel 91 orang
4.  Mojokerto: PT.Wijaya Perkasa Indah dengan sampel 67 orang
5.  Pasuruan: PT.Hasil Alam Indo Indah dengan sampel 77 orang
Ditemukan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap motivasi kerja secara positif. Oleh karena itu, budaya organisasi juga berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Kepuasan kerja ini datang dari motivasi. Kepuasan kerja yang muncul menyebabkan peningkatan kinerja yang akan memberikan kontribusi terhadap perusahaan berupa peningkatan profit perusahaan. 

DAFTAR PUSTAKA
Robins, Stephen P. Perilaku Organisasi. Ed.10. Jakarta. Indeks



SIFAT, KONSEP, DAN KLASIFIKASI BIAYA
A.    Perbedaan akuntansi keuangan, akuntansi manajemen dan akuntansi biaya
Akuntansi keuangan adalah akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan bagi pihak ekstern perusahaan, informasi yang disajikan berupa laporan neraca, rugi laba, perubahan modal, arus kas, dan catatan keuangan lainnya. Transaksi yang menjadi objek dalam akuntansi keuangan sifatnya umum menyangkut harta, utang dan modal perusahaan.
Akuntansi manajemen adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan untuk pihak manajemen. Jenis informasi yang diperlukan pasti berbeda dengan informasi yang diperlukan pihak luar. Manajemen dalam hal ini terdiri dari top manajemen, middle manajemen dan lower manajemen. Umumnya informasi yang dihasilkan bersifat mendalam dan tidak dipublikasikan kepada pihak luar.
Selain perbedaan yang ada antara akuntasi keuangan dan akuntansi menajemen, keduanya juga memiliki persamaan, yaitu :
ü  Baik akuntansi keuangan maupun akuntansi manejemen merupakan pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan.
ü   Akuntansi keuangan dan akuntansi menajemen juga berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Sedangkan akuntasi biaya mempunyai tujuan untuk menghitung biaya produksi dalam rangka menetapkan harga pokok produk baik yang dibuat secara pesanan ataupun massal dan menyusun laporan biaya guna memenuhi kepentingan manjemen.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akuntasi biaya merupakan bagian dari akuntasi keuangan dan akuntansi manajemen karena akuntansi biaya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pihak luar dan pihak dalam perusahaan, bukan berdiri sendiri diantara akuntansi biaya dan akuntansi manajemen.
B.     Sifat, konsep, dan klasifikasi biaya
v  Konsep Perilaku Biaya
Setiap aktivitas memiliki input dan output. Input aktivitas adalah sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas untuk memproduksi outputnya. 4 kategori input : bahan, energi, tenaga kerja, dan modal. Output aktivitas adalah hasil atau produk dari suatu aktivitas. Ukuran output aktivitas berguna untuk menilai lamanya waktu aktivitas dijalankan. Perilaku biaya menggambarkan bagaimana biaya input aktivitas berubah berkenaan dengan perubahan output aktivitas.
4 kategori umum output aktivitas :
·         Aktivitas tingkat unit adalah aktivitas yang dilakukan ketika suatu unit diproduksi. Ukuran outputnya antara lain unit produk, jam tenaga kerja langsung dan jam mesin.
·       Aktivitas tingkat Batch adalah aktivitas yang dilakukan ketika sekelompok barang diproduksi. Ukuran outputnya jumlah batch, jam pemerikasaan, jumlah pesanan produksi.
·      Aktivitas tingkat penopang produk adalah aktivitas yang diselenggarakan karena diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Ukuran outputnya adalah pesanan yang berubah, jumlah produk, jumlah proses dan jumlah penyelesaian pesanan.
·         Aktivitas tingkat fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses manufatur secara umum. Ukuran outputnya antara lain ukuran pabrik, luas lahan yang dpelihara dan jumlah tenaga keamanan.
v  Klasifikasi biaya
Biaya diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu tetap dan variabel.
a.       Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak dipengaruhi oleh perubahan kegiatan organisasi. Biaya tetap mempunyai sifat sebagai berikut:
·      Jumlah totalnya tidak berubah walaupun kegiatan berubah.
·      Biaya per unit semakin kecil apabila kegiatan semakin besar.
Pada dasarnya, biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dalam jangka waktu tertentu, sedangkan dalam jangka panjang, jumlah totalnya dapat berubah. Selain itu, jumlah total biaya tetap juga akan sama pada tingkat kapasitas tertentu, dan apabila kegiatan yang telah ditetapkan mencukupi, maka biaya tetap akan berubah jumlahnya. Yang termasuk ke dalam biaya tetap adalah biaya gaji direktur, biaya gaji bulanan atau tahunan, dan lain-lain. Biaya tetap itu sendiri terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
1.      Biaya yang tidak dipengaruhi oleh kebijakan manajemen (Committed Fixed Cost).
2.      Biaya yang dipengaruhi oleh kebijakan manajemen (Discretionary Fixed Cost).
Biaya yang tidak dipengaruhi oleh kebijakan manajemen (Committed Fixed Cost) adalah biaya tetap yang dikeluarkan karena keputusan yang lalu dan berhubungan dengan ramalan pengoperasian jangka panjang, atau untuk menjaga kapasitas yang dibutuhkan dalam jangka panjang; contohnya adalah biaya penyusutan aktiva tetap, pajak bumi dan bangunan, biaya asuransi, sewa, dan gaji karyawan utama.
Biaya yang dipengaruhi oleh kebijakan manajemen (Discretionary Fixed Cost) merupakan biaya yang timbul dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala (biasanya tahunan), yang secara langsung mencerminkan kebijakan manajemen puncak mengenai jumlah maksimum biaya yang diizinlan untuk dikeluarkan. Biaya ini tidak dapat menggambarkan hubungan yang optimum antara masukkan dan keluaran (yang diukur dengan volume penjualan jasa atau produk). Contohnya adalah biaya riset dan pengembangan, biaya iklan, biaya promosi, biaya program pelatihan karyawan, dan biaya konsultan. Penegeluaran biaya ini dapat dihentikan atas kebijakan manajemen.
b.      Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya dipengaruhi oleh perubahan kegiatan. Biaya variabel mempunyai sifat:
1.      Jumlah totalnya ikut berubah secara proporsional ketika kegiatan organisasi berubah, yang artinya: apabila kegiatan bertambah, maka biaya totalnya ikut bertambah dalam persentase yang sama dengan penambahan kegiatan, dan sebaliknya, jika kegiatan berkurang, maka jumlah biaya akan berkurang sebesar presentase turunnya kegiatan.
2.      Biaya per unit tidak berubah walaupun kegiatan berubah.
Contoh biaya variabel pada organisasi manufaktur adalah biaya bahan baku dan biaya upah tenaga kerja langsung. Sedangkan contoh biaya variabel untuk organisasi jasa adalah biaya administrasi dan biaya komisi.
c.       Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel muerupakan biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel didalamnya. Unsur tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa, sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.
Biaya juga dapat diklasifikasikan menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tak langsung (indirect cos).
d.      Biaya Langsung
Biaya langsung adalah biaya yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan yang direncanakan. Jenis biaya langsung dapat berupa biaya staf dan relawan serta biaya peralatan. Keberadaan anggaran biaya langsung merupakan konsekuensi dari program atau kegiatan yang ditetapkan.
Karakteristik biaya langsung adalah bahwa input (alokasi biaya) apa yang ditetapkan dapat diukur dan perbandingankan dengan autput yang dihasilkan. Variabilitas jumlah komponen biaya langsung sebagian besar dipengaruhi oleh target kinerja atau tingkat pencapaian program atau kegiatan yang diharapkan.
e.       Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Keberadaan anggaran biaya tidak langsung bukan merupakan konsekuensi dari ada atau tidaknya suatu program atau kegiatan. Biaya tidak langsung digunakan secara periodik (umumnya bulanan) dalam rangka koordinasi penyelenggaraan kewenangan LSM yang bersifat umum.
C.     Cost, expenses, dan losses
Biaya atau cost adalah sesuatu yang kita keluarkan atau kita korbankan dengan harapan kita akan mendapatkan keuntungan atau manfaat secara ekonomis dimasa mendatang Misalnya untuk pembelian aktiva tetap, pembelian aktiva tersebut adalah biaya pembelian aktiva . Dengan mengeluarkan uang untuk pembelian aktiva ini maka ada akun kas yang kita keluarkan sedangkan efek dari pembelian aktiva ini kita mengharapkan manfaat ekonomis  dari aktiva tersebut dimasa mendatang . Misal motor sebagai kendaraan ada manfaat ekonomisnya untuk mempercepat pengiriman barang. Contoh lainnya yaitu Biaya Sewa dibayar dimuka dan masih banyak transaksi lainnya.
Sedangkan untuk konsep beban atau ekspense sendiri adalah Sesuatu yang kita korbankan atau kita keluarkan dalam rangka memperoleh pendapatan misalnya akun-akun yang tertera dalam laporn laba-rugi.  Beban listrik, air , beban penyusutan. dll.
Istilah “Loss” digunakan oleh akuntan untuk menggambarkan kelebihan expenses dalam satu periode. Jadi hal ini merupakan kebalikan dari income. Bagian terpenting dari pengertian losses adalah bahwa hal tersebut menggambarkan habisnya nilai yang tidak berhubungan dengan operasi-operasi normal perusahaan di setiap periode. Pengukuran losses sama dengan expenses. Kecuali semua penghasilan harus dikurangi secara langsung untuk menunjukkan jumlah bersih dari kerugian itu.
a) Kerugian langsung atau direct losses terjadi apabila harta kita hilang atau rusak. Kerugian finansial terjadi karena kita kehilangan nilai dari harta tersebut, uang yang kita investasikan di dalamnya dan biaya yang di gunakan untuk menggantikannya.
b) Kerugian tidak langsung atau indirect losses (consequential) adalah setiap kerugian yang terjadi akibat kerugian asal (original losses). Contoh dari kerugian ini adalah kehancuran rumah karena bencana alam sehingga kita harus mengeluarkan biaya untuk tempat tinggal sementara dan renovasi rumah.


Selasa, 21 April 2015

cerpen

Assalamualaikum Etos
Oleh
Satriani Syukur
            Siang yang cukup panas. Kemarau yang menyelimuti hampir enam bulan menambah udara panas kota kecil ini semakin menyengat. Tampak fatamorgana menggelombang dijalan persis ketika kita berdiri di balik api dan memandang keseberangnya.
            Jalan ini masih sama dengan jalan yang sering kulalui dua tahun lalu. Debu beterbangan mengurangi jarak pandang radius beberapa meter kedepan. Warung makan masih bertebaran di pinggir jalan dengan kesibukan pemilik yang tak terhenti pada jam makan siang seperti sekarang. Kendaraan yang lalu lalang tanpa putus makin membuat kebisingan ini seolah tidak akan berhenti sampai waktupun terhenti. Di sinilah, di kota kecil ini aku kembali untuk sebuah alasan. Bone
            Kuambil selembar tissue untuk menghalangi debu masuk saluran pernapasan. Sesekali kuanggukkan kepala pada orang yang memberi salam padaku. Cukup menyesakkan tapi keadaan inilah yang selalu kurindukan saat di perantauan. “Guntur!!” kutolehkan kepala demi mendengar suara yang baru saja memanggil namaku. “kak liem!!” sahutku seolah tak percaya. Persis diseberang jalan tempatku berdiri, seseorang yang sangat kukenal tersenyum takjub kearahku. Ekspresinya tidak bisa disembunyikan kalau dia jauh lebih tidak percaya akan keadaanku sekarang.
Seketika pikiranku melayang pada kejadian dua tahun lalu. Saat kebebasan tanpa batas menyelimutiku. Kulakukan apapun yang kusukai tanpa ada yang menghalangi gerakku, termasuk ayah dan ibuku. Bagai burung yang terbang bebas, terus kukepakkan sayap-sayap lemahku dengan penuh semangat.
“Guntur, besok saya jemput kamu di sekolah yah. Kita ada acara camping di puncak. Acaranya sampai hari minggu, kamu bisa kan? ”. suara kak liem dari seberang telepon mengajakku. Dia adalah seorang teman satu organisasi yang sudah kuanggap saudaraku. “siip.. datanglah jam 02.00 siang, aku pulang sekolah di jam itu”. Jawabku bersedia.
Semua ajakan dengan mudah kuterima. Memang, orang tuaku memberi kebebasan penuh padaku selama aku bisa menjaga diri dan tetap memperhatikan sekolahku. Seperti itulah caranya mendidikku.
Mereka tidak bisa memanjakanku dengan memberikan barang-barang mewah seperti kebanyakan gadis sesusiaku. Maklumlah, keluargaku bukanlah orang berada. Tapi mereka memberiku kebebasan untuk bertindak dan tidak pernah mengekangku. Dari cara itulah aku berkembang. Selama itu aku tidak pernah menghianati kepercayaan mereka.
Meski bebas, aku tidak pernah melakukan hal yang buruk diluar sana. Sebaris kata dari orang tua yang selalu kujadikan pegangan dalam bertindak “kami memberimu kebebasan karena kami percaya padamu”. Kata-kata inilah yang membuatku tidak bisa menghianati orang tuaku. Ketika muncul pikiran untuk berbuat menyimpang saat berada di luar sana, kalimat inilah yang akan mengingatkanku.
Guntur adalah nama pemberian dari para tukang ojeg yang sering mangkal di dermaga tempatku biasa menunggu jemputan. Nama itu disematkan lantaran tingkahku yang tidak wajar sebagai seorang gadis. Ketika teman-temanku sibuk berdandan dan bermain. Aku malah sibuk mendaki gunung, rock climbing, caving, hingga lintas alam. Aku lebih senang menjalani hidup seperti laki-laki. Bukan hanya tingkahku saja, bahkan pakaian sehari-harikupun dihitung jari yang berupa pakaian perempuan.
Kuhembuskan nafasku setelah sadar kak liem kini berdiri tepat di sampingku. Dia memandangku dengan penuh keheranan seakan-akan aku orang asing baginya. Kami memang baru bertemu kembali setelah dua tahun. Aku maklum dengan hal ini. Semua yang mengenalku tentu akan tercengang setelah melihatku sekarang. Aku seolah telah ditukar di tempatku menuntut ilmu.
Rok, jilbab panjang, kaos kaki, kini tidak pernah lepas dariku kecuali ditempat-tempat tertentu. Banyak yang mencelaku dengan penampilan ini. Tapi bagiku inilah yang benar. Seperti inilah seharusnya aku. Mereka mencela karena belum paham akan hal ini maka aku diam saja.
Jika dibilang hidayah, maka inilah hidayah yang kudapat. Aku bahkan tidak pernah bermimpi bahkan menghayalkan hal ini. Tapi Allah sudah menggariskan takdirku bahwa aku akan menjalani hidup yang seperti ini. Rasanya begitu indah dan damai. Meski kebebasanku tidak lagi seperti yang dulu.
Hidupku berubah setelah menjadi bagian dari Bastudi Etos. Disinilah perjuanganku untuk menjadi seorang akhwat di mulai. Dulu aku hanya sekedar ikut-ikutan lantaran butuh biaya kuliah. Tapi siapa sangka yang kudapat ternyata lebih dari itu. Bukan hanya biaya tapi pembinaan dan pendampingan ada disini.
Awalnya aku merasa tersiksa dengan semua peraturan yang ada disini. Semua bertentangan dengan diriku. Apa yang biasanya kulakukan tidak berlaku disini. Hidup diasrama dengan berbagai peraturan yang menempel di sana-sini. Membuatku merasa berada dalam cerita laskar pelangi yang di mana-mana tertempel tulisan “DILARANG MASUK BAGI YANG TIDAK MEMILKI HAK” hanya saja redaksi kata-katanya berbeda. Aku terus memberontak dan ingin kembali. Tapi tangan-tangan halus terus menahanku untuk bertahan.
Butuh waktu lama untukku menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupku sekarang. Banyak hal yang baru kudapatkan disini. Tarbiyah, akhwat, ikhwan, aku baru mengenalnya sekarang. Setelah beberapa waktu ditempa dengan segala bentuk pembinaan, aku akhirnya bisa menerima sedikit demi sedikit.
Perlahan tapi pasti, kumulai merubah penampilanku. Pakaian yang kubawa dari rumah tidak layak dipakai disini karena itu bisa membawaku pada tindakan menyerupai laki-laki yang setelah ikut pembinaan baru kuketahui bahwa itu berdosa. Pakaian-pakaian itupun kusumbangkan, sedangkan aku sendiri mendapat pemberian pakaian dari sepupu yang merupakan seorang akhwat.
Hidup di Etos harus siap dengan segala konsekuensi. Segala bentuk kesibukan harus siap dijalani. Bukan hanya pembinaanya yang banyak, tapi kepanitiaan dan segala tetek bengek lainnyapun seolah mencekik. Aku yang tidak terbiasa dengan hal ini tentu merasa terbebani. Tapi disini aku belajar dewasa dan kuat.
Terkadang ketika kesibukan memuncak baik di lingkungan kampus maupun di etos, kelelahan dan kejenuhan mulai datang. Bahkan penyesalan kadang datang “kenapa aku harus memilih yang ini?”. Itu adalah pertanyaan yang kadang muncul di benakku. Bahkan pernah kulontarkan ke teman-temanku. Tapi mereka menguatkanku untuk bertahan.
Masih tergambar jelas bagaimana awal kami dipertemukan dengan teman seangkatan di Etos.  Aku hanya melihat dua orang laki-laki dan beberapa perempuan. Mereka semua berceloteh bercerita sana-sini sedangkan aku hanya diam saja memperhatikan. Aku memandangi mereka satu persatu. Dan berpikir bahwa kami datang dari daerah yang berbeda, bagaimana cara bisa akrab?. Tapi yang lebih menarik perhatianku adalah seorang wanita muda yang mendatangiku. Dia begitu anggun dengan pakaiannya yang tertutup. Dengan ramah dia memperkenalkan diri bahwa dia adalah pendamping asramaku. Terus kupandangi dia dan muali bergidik. Apakah aku juga akan memakai pakaian seperti itu?
Itulah yang kupikirkan saat awal masuk disini. Tapi ternyata pikiran semacam itu sangatlah tidak beralasan setelah tahu hakikatnya. Aku mulai berani mengukir mimpi dan harapan. Aku merasa menemukan apa yang selama ini kucari. Ruang yang terasa hampa di diriku seperti terisi oleh sesuatu yang indah.
Meskipun begitu, rasa jenuh tetap tidak bisa pergi. Bahkan ketika berada di puncak kejenuhan, perasaan ingin kembali menjalani hidup seperti dulu kadang muncul. Godaan itu tidak pernah hilang, apalagi ketika melihat teman-temanku yang dulu selalu bersamaku, aku merasa ingin kembali pada mereka. Aku merasa kalau mereka lebih mengerti  perasaanku dari pada mereka yang disini. Aku ingin bercerita, tapi disini bahkan tidak ada yang sempat untuk sekedar mendengarkan curahan hatiku. Semua sibuk dengan segala urusan hingga tidak punya waktu untuk itu.
Aku mengerti dengan semua yang terjadi. Orang harus berkompetisi untuk bertahan hidup. Hidup memang keras sehingga harus dilawan dengan penuh kesabaran. Benar yang dikatakan orang bahwa ibu kota lebih kejam dari ibu tiri. Dari sinilah aku belajar dewasa. Ini adalah tantangan yang harus kujalani bagaimanapun susahnya. Karena aku yakin Allah punya alasan menempatkanku disini.
“Bagaimana kabarmu Rani?”, suara kak Liem membuyarkan lamunanku.
“Eh.. baik kak. Kak Liem apa kabar?”. Aku balik bertanya
“Dua tahun baru kita bertemu, dan kau sudah banyak berubah sekarang, aku seperti melihat orang lain. Masih pantas kah kau kupanggil Guntur sekarang?”. Dia melontarkan pertanyaan sambil bercanda.
Aku hanya tersenyum menanggapinya.
“Aku tetap yang kau kenal dulu kak, Panggillah aku Sri Maharani”. Aku menjawabnya kemudian.
“Baiklah Rani, lalu apa tujuan kepulanganmu ini? Bukankah kau masih kuliah?”
“Ayahku sudah lama sakit, aku harus menjenguknya”.
Kami berdua terdiam. Dari jauh kulihat kakakku datang  untuk menjemputku. Aku berdiri mengemasi barang-barangku.
“Baiklah kak, aku harus pulang. Sampai jumpa”. Aku berpamitan padanya sambil menyampirkan tas di bahu.
“iyah, sampai jumpa. Senang bertemu denganmu lagi”. Kak Liem mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Aku hanya menganggukkan kepala dan menyalaminya dari jauh. Aku tidak bisa menyentunya karena kami bukan mukhrim.
“Maafkan aku kak Liem, mungkin ini ekstrim tapi inilah yang seharusnya kulakukan. Bukannya aku sombong, tapi inilah yang harus kulakukan sebagai seorang muslimah. Suatu saat kau pasti mengerti. Ayah, ibu, tunggulah anakmu ini. Aku hanya ingin pulang memelukmu sekarang dan berkata bahwa harapan dan mimpi itu masih ada jadi tetaplah doakan yang terbaik untuk anakmu ini”. Gumamku dalam hati. Setitik air jatuh membasahi jilbab yang kukenakan.

Kulangkahkan kaki mendekati sungai untuk naik ke perahu. Selanjutnya perahu ini pun membawaku menuju tempat terindah dalam hidupku. Kampung halaman.

puisi

“Jika Aku Bidadari Syurgamu’’

              oleh A3

Jika aku bidadari syurgamu
Jagalah aku dari pandangnmu 
Yang akan menimbulkan fitnah
Hingga menjerumuskanku
Jika aku bidadari syurgamu
Jagalah aku dari sentuhanmu
Yang tak akan segan
menghancurkan mihrabku
Jika aku bidadari syurgamu
Jagalah aku dari nafsumu
Dari kejahatan hatimu
Yang akan merusak kesucianku
Aku bukan tontonan
Yang menarik semua mata untuk memandangku
Aku bukan makanan
Yang siap dicicipi semua lidah para perasa
Aku bukan pakaian
Yang siap dipakai semua tubuh
Aku ibarat sebuah gelas Kristal
Sekali pecah
tak akan pulih untuk selamanya


budaya organisasi

BUDAYA ORGANISASI
Stephen P. Robins
Oleh
SATRIANI (A21113037)
A.    DEFINISI BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi merupakan system makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dengan organisasi-organisasi lain. Riset paling baru mengemukakan tujuh karakteristik primer berikut yang bersama-sama menangkap hakikat dari budaya organisasi:
·         Inovasi dan pengambilan resiko
·         Perhatian terhadap detail
·         Orientasi hasil
·         Orientasi orang
·         Orientasi tim
·         Keagresifan
·         Keamantapan
Budaya organisasi itu berkaitan dengan cara karyawan mempersepsikan karakteristik budaya organisasi, bukannya dengan apakah mereka menyukai budaya itu atau tidak. Artinya budaya itu merupakan istilah dskriptif.
B.     PERAN BUDAYA
Budaya yang kuat akan terkait dengan penurunan tingkat keluar masuknya karyawan.
·         Fungsi Budaya
Budaya menjalankan sejumlah fungsi dalam organisasi. Pertama, budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas. Kedua, budaya memberikan rasa identitas ke anggota-anggota organisasi. Ketiga, budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepetingan diri  pribadi seseorang.
·         Budaya Sebagai Beban
1.      Hambatan terhadap perubahan
2.      Hambatan terhadap keanekaragaman
3.      Hambatan terhadap merger dan akuisi
C.     MENCIPTAKAN DAN MEMPERTAHANKAN BUDAYA
·         Asal mula budaya
Proses penciptaan budaya terjadi dalam tiga cara. Pertama, para pendiri hanya mempekerjakan dan mempertahankan karyawan yang berpikir dan merasakan cara yang mereka tempuh. Kedua, mereka mendoktrinasikan dan mensosialisasikan para karyawan ini dengan cara dengan cara berpikir dan cara berperasaan mereka. Dan akhirnya perilaku pendiri  itu sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan mengidentfikasikan diri dengan mereka dan oleh karnanya menginternalisasikan keyakinan, nilai, dan asumsi-asumsi mereka.
·         Menjaga budaya agar tetap hidup
Setelah suatu budaya terbentuk, praktik-praktik dalam organisasi bertindak mempertahankannya dengan memberikan kepada para karyawannya sepernagkat pengalaman yang serupa. Tiga kekuatan memankan peran yang sangat penting dalam mempertahankan budaya yaitu: seleksi, tindakan manajemen puncak, dan metode sosialisasi.
D.    BAGAIMANA KARYAWAN MEMPELAJARI BUDAYA
Budaya diteruskan kepada para karyawan dalam sejumlah bentuk yakni:
  • Cerita: cerita-cerita ini biasanya berisi dongeng peristiwa mengenai pendiri organisasi, pelanggaran aturan, sukses dari miskin kekaya, dan sebgainya
  • Ritual: deretan kegiatan berulang yang mengungkapkan dan memperkuat nilai-nilai utama organisasi
  • Lambang kebendaan: tata letak markas perusahaan, tipe mobil yang diberikan kepada eksekutif puncak, dan ada tidaknya pesawat terbang korporasi.
  • Bahasa: mengembangkan istilah-istilah yang unik.

E.     MENCIPTAKAN BUDAYA ORGANISASI YANG ETIS
  • Jadilah model peran yang kelihatan
  • Komunkasikanlah harapan etis
  • Berikanlah pelatihan etis
  • Berikanlah imbalan secara terang-terangan terhadap tindakan etis dan berikan hukuman    terhadap tindakan yang tidak etis
  • Sediakanlah mekanisme yang bersifat melindungi

F.      MENCIPTAKAN BUDAYA YANG TANGGAP TERHADAP PELANGGAN
·         Variable-variabel kunci yang membentuk budaya tanggap terhadap pelanggan
1.      Tipe karyawan itu sendiri
2.      Formalisasi yang rendah
3.      Perluasan formalisasi yang rendah
4.      Keterampilan mendengar yang baik
5.      Kejelasan peran
·         Tindakan manajerial
1.      Seleksi
2.      Pelatihan dan sosialisasi
3.      Rancangan structural
4.      Pemberdayaan
5.      Kepemimpinan
6.      Evaluasi kinerja
7.      System imbalan
G.    SPIRITUALITAS DAN BUDAYA ORGANISASI
Spiritualitas tempat kerja mengakui bahwa orang memiliki kehidupan batiniah yang memelihara dan dipelihara oleh pekerjaan bermakna yang ada dalam konteks masyarakat.
·         Ciri-ciri spiritualitas
1.      Sangat memperhatikan tujuan
2.      Focus pada pengembangan individu
3.      Kepercayaan dan keterbukaan
4.      Pemberdayaan karyawan
5.      Toleransi terhadap ekspresi karyawan
·         Kritik terhadap spiritual
Para pengeritik gerakan spiritualitas organisasi telah berfokus pada dua isu. Pertama, pernyataan tentang legitimasi, kedua pertanyaan tentang ekonomi.


Senin, 16 Maret 2015

cerpen

Tak Seindah Kemilau Pantai Losari
Oleh Satriani
Hening malam, ditemani rintik hujan dan suara katak yang bersahutan dibalik rumpun ilalang yang tumbuh liar dibelakang pondok kecil tempatku kini bernaung. Dipinggiran kota metropolis inilah aku tinggal mengadu nasib berjuang melawan segala bentuk kekerasan hidup yang telah menempaku hampir tiga tahun terakhir.

Kutatap atap rumbia yang kuyup disiram hujan sejak matahari terbenam. Suara bising air yang jatuh menimpa atap, memberi irama tersendiri ditelingaku yang sudah lama berkelut dengan suara bising sekitar. Aku suka ketika hujan turun karena disaat itulah hatiku sejuk seolah basah tersiram hujan. Rinainya membuat pikiran terbang membawaku pada kenangan indah di masa silam saat tinggal bersama orang-orang yang kucintai di kota kecilku, Makassar

Sejenak pikiranku melayang pada kejadian tiga tahun lalu. Kejadian yang membuatku menyesal karena terlalu terobsesi akan kemewahan. Yaitu saat kugadaikan masa depanku pada seseorang yang kuanggap akan memberiku kehidupan yang lebih baik.

Sore itu suasana pantai Losari masih tetap pada kesyahduannya. Kemilau Matahari  yang tinggal sepenggalah sinarnya menambah keromantisan suasana pantai indah di kota kecil ini.

“besok aku akan berangkat ke Jakarta, apa kamu sudah siap  Rani?” Tanya Herman diantara debur ombak yang bergemuruh

“sebenarnya aku masih ragu Man” ungkapku

“apalagi yang kamu ragukan Rani? Bukannya aku sudah bilang kalau disana itu segalanya telah kusediakan. Kamu tinggal ikut denganku dan kita akan hidup bersama”. Tambahnya berusaha meyakinkanku.

“aku sangat ingin ikut denganmu. Tapi aku tidak yakin ibu bakal setuju”. Kataku

“pokoknya disana itu sudah ada rumah untuk kita tinggali setelah menikah, aku juga sudah dapatkan pekerjaan yang cocok untuk kamu. Aku jamin kamu tidak akan menyesal ikut denganku”. Ungkapnya lagi berusaha meyakinkanku.

Kemilau pantai Losari perlahan tertutup senja yang datang menyelimuti. Obrolanku dengan Herman kuteruskan pada pembicaraanku dengan keluarga malam itu.

“Ibu melakukan ini demi kebaikanmu nak”. Dengan lembut ibu membujuk

“Tapi ini tidak adil Bu”. Mataku mulai panas dan mengembang

“Apanya yang tidak adil? Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau Ibu yang menentukan dengan siapa kau bersanding nantinya”. Suara ibu mulai meninggi

“setidaknya ibu bisa memilih laki-laki yang sesuai dengan Rani Bu. Tapi dia sama sekali bukan tipeku, Rani tidak suka dengan orang yang kerjanya di mesjid setiap hari. Memangnya dia mau kasi  makan anak dan istrinya dengan tasbih, alquran atau sajadah?” kini suaraku mengema memenuhi langit-langit kamar tempatku berdebat dengan ibu yang ingin menikahkanku dengan seorang laki-laki pilihannya.

Sepertinya ibu terpukul mendengarnya tapi tetap tidak mau kalah.

“lalu laki-laki idamanmu itu seperti Herman yang manajer pemasaran itu? Yang kaya tapi beda agama?”. Ibu masih ngotot

“setidaknya masa depannya cerah, punya uang yang banyak dan bisa menafkahi keluarga. Yang terpenting kami saling mencintai. Masalah dia beda agama dengan kita itu bisa diatur setelah menikah”. Aku membela Herman

“Rani, pikirkan dulu baik-baik nak, ibu tidak ingin kamu menyesal nantinya. Ibu tidak bisa merestui hubungan beda agama kalian”. Ibu membujuk

“pokoknya Rani tidak akan menikah selain dengan Herman’’. Aku tetap bersikeras 

“ibu tidak bisa membiarkanmu hidup dengan laki-laki yang tidak jelas itu nak”. Dengan halus ibu membujuk

“tidak jelas apanya bu? Herman itu seorang manajer dan hidupnya sudah mapan bahkan dia sudah menyiapkan rumah yang mewah untukku.” Aku masih berusaha meyakinkan ibu

“pokoknya ibu tidak bisa nak. Ibu memang tidak mampu memberimu kemewahan seperti keinginanmu, tapi ibu juga tidak bisa membiarkanmu mengikuti laki-laki yang baru kau kenal yang menjanjikanmu semua itu.” Ibu berkata sambil berdiri dan meninggalkaknku di ruang tengah

Akhirnya malam itu kuputuskan lari bersama Herman untuk meraih impianku hidup bersama orang yang akan memberiku hidup yang penuh kemewahan daripada tetap menjadi nelayan di sini. Dengan berurai air mata, kukemasi barang-barang dan secara diam-diam keluar lewat jendela kamarku untuk menemui Herman yang sudah menungguku di pinggir Pantai. Rencananya malam ini kami berangkat ke Jakarta.

Suara guruh menyentakkanku dari lamunan. Air mataku menetes saat kusadari bahwa kini hidupku jauh dari yang kuimpikan. Istana yang kubayangkan dan pekerjaan yang kuinginkan ternyata hanya angan-angan. Disini aku hanyalah seorang buruh kasar di salah satu pabrik meubel di Jakarta yang bertahan hidup dengan gaji kecil yang kuterima tiap harinya dan tinggal di perumahan kumuh di pondok kecil yang selalu bocor saat hujan.

Aku tinggal meratapi nasibku karena percaya pada seseorang yang baru beberapa bulan kukenal. Herman yang kuanggap malaikat ternyata hanya seorang pengedar narkoba yang berkedok pegawai bank yang kini jadi buronan polisi. Pekerjaan yang dijanjikan padaku sebagai pegawai disebuah butik ternyata palsu. Dia memanfatkanku untuk menjaga barang haram milik Bandar yang disembunyikan diantara pakaian. Bahkan Herman meninggalkanku sebelum kami sempat  menikah.

Kemilau pantai Losari masih sama dengan yang dulu saat aku masih bergelut di pantai bersama ibu menyiangi rumput laut yang diambil bapak dan saat terakhir aku menikmati kesyahduannya sebelum meninggalkan kota kecilku. Kemilaunya kini hanya bisa kubayangkan di antara suara bising kendaraan dan mesin pabrik serta tetesan air hujan yang menemaniku menjalani hari-hari terberatku. Karena pantang bagiku untuk kembali ke kampung halaman yang telah kutorehkan sebuah tinta hitam akibat obsesi buta. Entah kapan semua akan berakhir.


REFLEKSI MATERI PEMASARAN (Kotler & Keller)
BAB I, III, IV, V, VIII
Pemasaran ada dimana-mana. Secara formal atau informal, orang dan organisasi terlibat dalam sejumlah besar aktivitas yang dapat kita sebut pemasaran. Dalam abad ke-21, pemasaran dalam sudut pandang manajerial, merupakan fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan menghantarkan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemegang kepentingannya. Maka dari itu diperlukan konsep bisnis bagi perusahaan dan rangkaian tugas dan tanggung jawab bagi manajemen pemasaran.
Dalam melaksanakan tanggung jawab, manajer pemasaran memerlukan System Informasi Pemasaran (MIS) untuk menilai kebutuhan informasi manajer, mengembangkan informasi, dan mendistribusikan informasi secara tepat waktu. Hal itu perlu untuk mengenali konsumen agar tercipta pemasaran yang efektif dan menguntungkan. Selain itu, pemasar juga perlu memindai lingkungan. Dalam gambaran global  yang cepat berubah, pemasar harus mengamati enam kekuatan lingkungan yang utama yaitu, demografis, ekonomi, sosial-budaya, alam, teknologi, dan politik-hukum. Untuk mewujudkan kegiatan pemasaran yang efektif perlu melaksanakan riset dan meramalkan permintaan.
Perusahaan dapat mengadakan riset pemasarannya sendiri atau menggunakan perusahaan lain. Dalam mengadakan riset, perusahaan harus memutuskan apakah mereka akan mengumpulkan data mereka sendiri atau menggunakan data yang sudah ada. Mereka memerlukan informasi yang tepat waktu, akurat dan dapat ditindaklanjuti tentang konsumen, persaingan dan merk mereka. Dengan informasi tersebut, perusahaan dapat menentukan langkah dalam menciptakan nilai,  kepuasan, dan loyalitas pelanggan.

Pelanggan adalah pemaksimal nilai, maka kehilangan pelanggan yang menguntungkan dapat sangat mempengaruhi laba perusahaan. Sehingga perusahaan harus benar-benar memperbaiki hubungan dengan pelanggan. Perusahaan tidak dapat berhubugan dengan semua pelanggannya dipasar yang besar, luas, atau beragam. Tapi mereka dapat membagi pasar menjadi kelompok konsumen atau segmen dengan kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Pemasar harus mengembangkan rencana invasi segmen-per-segmen dan memilih pasar sasaran dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial setiap saat.
Kotler.Keller.2009.Manajemen Pemasaran.ed.13.jilid.1.Jakarta.Erlangga