Rabu, 12 April 2017

Studi Kelayakan Bisnis Aspek Teknis Produksi dan Teknologi

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Aspek teknis merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah menunjukkan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Penilaian kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis/operasi, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik maka akan berakibat fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya di kemudian hari.
Salah satu langkah dalam penentuan kelayakan suatu rencana bisnis adalah menganalisis aspek teknis dan teknologi. Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis bisnis seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai pemakaian peralatan dan mesin, lokasi bisnis dan letak perusahaan yang paling menguntungkan. Lalu dari kesimpulannya dapat dibuat rencana jumlah biaya pengadaan harta tetapnya.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang muncul adalah bagaimana aspek teknis produksi dan teknologi suatu perusahaan sehingga memenuhi kelayakan suatu rencana bisnis?
3.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk menjelaskan aspek teknis produksi dan teknologi suatu perusahaan sehingga memenuhi kelayakan suatu rencana bisnis






BAB II
PEMBAHASAN
ASPEK TEKNIS PRODUKSI DAN TEKNOLOGI
Salah satu langkah dalam penentuan kelayakan suatu rencana bisnis adalah menganalisis aspek teknis dan teknologi. Evaluasi aspek teknis ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis bisnis seperti penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi yang dipakai pemakaian peralatan dan mesin, lokasi bisnis dan letak perusahaan yang paling menguntungkan. Lalu dari kesimpulannya dapat dibuat rencana jumlah biaya pengadaan harta tetapnya.
Sebuah bisnis dianggap layak secara teknis dan operasional jika memiliki keahlian, infastruktur dan modal untuk mengembangkan, menginstal, mengoperasikan dan memelihara sistem yang diusulkan, dan bahwa dengan membangun sistem tersebut bisnis akan dapat memberikan keuntungan dari barang dan jasa.
Aspek teknis produksi antara lain:
1.       memilih
a.       produk/jasa
b.      proses produksi
c.       kapasitas dan desain
d.      persediaan
e.       lokasi
f.       lay out
g.      spesifikasi struktur
h.      bahan baku
2.      Menentukan
a.       jumlah dan kualitas barang dan jasa yang akan dibuat
b.      tenaga kerja yang dibutuhkan
c.       utilitas yang diperlukan
d.      metode pembuangan limbah
e.       transportasi yang diperlukan
3.      Menyediakan. Maksudnya adalah Perkiraan total biaya proyek dan menghitung item utama
4.      Daftar secara rinci yaitu Perkiraan produksi dan biaya overhead yang akan dimasukkan ke operasi proyek yang diusulkan
5.      Mempertimbangkan
Teknologi utama dalam industri yang dapat mempengaruhi kesehatan komersial atau teknis proyek
Adapun aspek teknis produksi adalah sebagai berikut:
A.    Design Produk/ Jasa
Desigen produk adalah rancangan suatu proses yang menggambarkan secara rinci produk atau jasa yang akan dibuat. Dimulai dari identifikasi kebutuhan konsumen sampai pengujian produk di pasar. Proses design merupakan multi-diciplinary activity karena rancangan tersebut bukan dihasilkan oleh design engineers sendiri, beberapa pihak ikut memberikan masukan antara lain mulai dari konsumen, bagian riset dan pengembangan, top manajemen, staf pemasaran, oprasi, keuangan termasuk bagian hukum.
Rancangan produk adalah suatu proses yang melibatkan semua bagian di perusahaan, karena produk itu akan dipasarkan kekonsumen dan juga mempengaruhi harga dan biaya produksi. Dengan produk yang sudah disetujui dan mau diluncurkan, akan ditentukan keperluan material perunit, harga material perunit, kapasitas sumber daya manusia yang diperlukan, cara penjualan, harga dan keuntungan yang akan didapat.
Setiap komponen dapat diuraikan lebih lanjut ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Dalam studi kelayakan usaha harus diuraikan design produk yang akan diproduksi tersebut yang meliputi Spesifikasi produk, gambar produk dan bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut, serta manfaat dari produk bagi konsumen dan keunggulannya dibanding dengan produk pesaing.
Proses Desain
Proses desain merupakan suatu proses yang berulang. Informasi terbaru yang diberikan oleh pemakai (konsumen) dapat dimanfaatkan guna menemukan cara menyempurnakan desain untuk menghemat biaya produksi atau untuk peningkatan kualitas sehingga kepusan pelanggan bias tercapai. Hal-hal yang yang perlu diperhatikan dalam desain produk adalah
·         Manajemen harus membuat keputusan yang menyangkut trade- off antara bentuk dan fungsi.
·         Desainer harus membuat keputusan yang menyangkut tentang bahan- bahan yang digunakan; dalam pemilihan bahan hendaknya desainer mempertimbangkan 1). kebutuhan spesifikasi bahan, 2). biaya bahan relative, dan 3). biaya pemrosesan.
Desain Jasa
Mendisain jasa untuk mendukung karakteristik yang unik merupakan sesuatu yang menantang. Salah satu alas an mengapa peningkatan produktivitas di industry jasa sangat rendah adalah karena desain dan penyerahan produk jasa melibatkan interaksi dengan konsumen. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun desain jasa , diantaranya yaitu : 1) lini pelayanan yang ditawarkan, 2) ketersediaan pelayanan, 3) tingkat pelayanan, 4) Garis tunggu dan kapasitas pelayanan.
B.     Manufacturing / Proses Produksi
Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa : “ Produksi adalah proses mengeluarkan hasil.” Dapat penulis uraikan, bahwa definisi produksi adalah suatu proses dimana terdapat kegiatan pengolahan bahan mentah (input), dengan serangkaian tahapan-tahapan untuk menghasilkan produk (output), yang lebih bernilai maknanya. Sedang pengertian dari produk itu sendiri adalah hasil akhir dari proses pengolahan.
Pengertian manufaktur tidak berbeda jauh dengan pengertian produksi diatas, yang membedakan, kalau produksi ditekankan pada proses pengolahan dari barang mentah menjadi barang jadi. Sedangkan manufaktur ditekankan pada kelompok perusahaan yang mengolah dari bahan baku menjadi barang jadi. Seperti disebutkan dalam Buku Besar Bahasa Indonesia, bahwa: “manufaktur adalah proses produksi yang mengubah bentuk barang barang“.
Proses produksi harus dipandang suatu perbaikan terus menerus, yang diawali sederet siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Bagian produksi harus meningkatkan efisiensi dari proses dan kualitas produk, agar diperoleh produk-produk berkualitas sesuai dengan desain yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan pasar, dengan biaya serendah mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan menghilangkan pemborosan yang terjadi dalam proses produksi itu, melalui perencanaan dan pengendalian proses produksi.
Keberhasilan perencanaan dan pengendalian produksi membutuhkan perencanaan kapasitas yang efektif, agar mampu memenuhi jadwal produksi yang ditetapkan. Kekurangan kapasitas akan menyebabkan kegagalan memenuhi target produksi, keterlambatan pengiriman ke pelanggan, dan kehilangan kepercayaan dalam sistem formal yang mengakibatkan reputasi dari perusahaan akan menurun atau hilang sama sekali. Pada sisi lain, kelebihan kapasitas akan mengakibatkan tingkat utilisasi sumber-sumber daya yang rendah, biaya meningkat, harga produk menjadi tidak kompetitif, kehilangan pangsa pasar, penurunan keuntungan, dan lain-lain.
Dengan demikian, kekurangan kapasitas maupun kelebihan kapasitas akan memberikan dampak negatif bagi sistem produksi, sehingga perencanaan kapasitas yang efektif adalah menyediakan kapasitas sesuai dengan kebutuhan pada waktu yang tepat. Macam tipe proses produksi dari berbagai industri dapat dibedakan sebagai berikut (Yamit, 2002):
1.      Proses produksi terus-menerus
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar.
2.      Proses produksi terputus-putus
Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses.
3.      Proses produksi campuran
Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-menerus dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh.
C.    Lokasi
Lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan suatu usaha, karena sangat berpengaruh terhadap biaya produksi dan biaya operasional lain. Diperlukan analisis lokasi berkaitan dengan penetuan lokasi dan ketersediaan fasilitas secara umum yang mendukung operasi perusahaan di lokasi tersebut. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi dapat dibagi menjadi empat kelompok:
1.      Lokasi perusahaan yang sudah ada (existing company location), analisis ini mempertimbangkan pasar yang akan dilayani dan biaya pengangkutan dari lokasi pabrik ke pasar (konsumen). Jika pabrik semen yang ada di pulau Sumatra dan Jawa sudah dapat memenuhi kebutuhan pasar di kedua pulau tersebut dan pulau-pulau sekitarnya, maka pabrik semen baru hanya mungkin dibangun di Papua karena biaya transportasi untuk mengangkut semen, baik dari Jawa atau Sumatra menuju pasar semen Papua sangat mahal. Akan tetapi apabila permintaan pasar di Papua ternyata kecil, barang kali tidak layak membangun pabrik semen disana.
2.      Industrial geography, pemilihan lokasi didasarkan pada bahan baku, pasar dan tersedianya jasa-jasa penunjang lainya seperti jalan, alat transportasi dan tenaga kerja yang dibutuhkan suatu industri. Seperti tambang Emas Freeport di Papua, karena juga menghasilkan tembaga bisa juga dikembangkan induri kabel listrik di sana.
3.      Pemilihan lokasi dekat dengan konsumen, umpamanya usaha perhotelan, rumah sakit, bank, bioskop, mall dan industri  minuman.
4.      Pemilihan lokasi ditentukan oleh pemerintah. Pengusaha didorong untuk membangun pabrik di suatu lokasi yang sudah ditentukan pemerintah dengan dengan berbagai fasilitas kemudahan atau pemberian insentif bentuk lain bagi investor.  

D.    Site Analysis
Analisis terhadap lokasi dilakukan lebih rinci meliputi penelitian terhadap ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan respon masyarakat terhadap keberadaan usaha di lokasi yang dipilih. Kondisi tanah juga perlu dipertimbangkan karena akan mempengaruhi biaya kontruksi bangunan tersebut, selain itu ketentuan tata guna tanah yang ditetapkan pemerintah serta perhitungan potensi gangguan.
Perlu pengkajian yang sangat mendalam sebelum membangun sebuah pabrik atau perusahaan, karena harus selalu difikirkan jangka panjang dan dampaknya secara luas. Kadang-kadang kita lupa akan hal yang kecil tapi berakibat fatal. Jika perusahaan mendirikan pabrik di sebuah daerah, akan tetapi didaerah tersebut belum tersedia transfortasi untuk karyawannya, akibatnya karyawan sering terlambat masuk kerja akan tetapi pulang selalu tepat waktu karena tidak adanya kendaraan umum, akibatnya perusahaan harus menyediakan kendaraan pengangkut.
E.     Penggunaan Tanah Lokasi
Dalam pengurusan izin pendirian perusahaan sudah masuk didalamnya izin-izin pembangunan tanah lokasi untuk usaha tersebut. Peruntukan suatu lokasi usaha sudah diatur dalam tata ruang yang dituangkan dalam peraturan pemerintah daerah setempat, umpamanya untuk pabrik sudah disediakan kawasan industri.
Dalam setiap pembangunan alat produksi perlu diperhatikan akan pembangunan untuk minimal 5 tahun kedepan, bagaimana dengan dampak lingkungan terhadap limbah, bagaimana dengan keadaan lingkungan kerja yang menyenangkan, sirkulasi udara yang baik, tempat pembuangan, tempat istirahat, tempat makan siang, tempat ibadah dan lainnya.
F.     Prasarana (Fasilitas) Umum
Penyediaan fasilitas umum dapat mendorong kelancaran pembangunan dan pengoperasian sebuah perusahaan serta manfaat bagi masyarakat disekitarnya.Umpamanya jalan kelokasi proyek, jembatan, taman untuk rekreasi atau sekolahan.
G.    Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang adalah unsur-unsur yang mendukung pembangunan dan pengoperasian proyek yang harus ada di lokasi proyek yang direncanakan antara lain : jaringan listrik, sumber air bersih, kantin asrama/ tempat tinggal karyawan dan tempat parkir yang aman..
H.    Mesin-mesin, Instalasi Listrik dan Peralatan Pabrik
Dalam studi kelayakan usaha harus disertakan spesifikasi teknis dari mesin-mesin yang digunakan yang meliputi kapasitas produksi, proses produksi, konsumsi bahan bakar, dan umur teknis mesin. Semua kebutuhan peralatan harus sudah diperhitungkan sebagai satu kesatuan dalam suatu sistem yang terkait dengan kebutuhan pabrik untuk menghasilkan produksesuai kapasitas dan kualitas yang direncanakan. Demikian pula instalasi listrik, air dan sistem penanganan limbah pabrik.
I.       Kendaraan
Jenis dan jumlah kendaraan yang dibutuhkan sangat tergantung kepada besarnya proyek, fungsi, lokasi dan mobilitas barang maupun orang. Kendaraan dapat dikelompokkan antara kendaraan direksi, kendaraan operasional dan antar jemput karyawan.
J.      Peralatan Kantor
Guna menunjang kelancaran administrasi pembangunan dan pengoperasian usaha dibutuhkan pula peralatan kerja berupa meja, kursi, almari, filling kabinet,mesin ketik, komputer lengkap dan peralatan lainnya sesuai kebutuhan.
K.    Bangunan
Rencana pembangunan dan kebutuhan bangunan harus didukung pula dengan gambar-gambar (master plan), maket atau mock-up pabrik atau bangunan tersebut. Kebutuhan bangunan melioputi bangunan untuk produksi (pabrik), perkantoran, showrooms, toko, mess karyawan dan pos Satpam. Bentuk bangunan untuk produksi disesuaikan dengan proses produksi atau dapat pula menggunakan bangunan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan.
L.     Tata Letak (Layout) Pabrik dan Proses Produksi
Tata letak menjadi penting karena jika memunculkan hambatan dan bisa meningkatkan biaya produksi, menjadikan penghamburan sumber daya yang sia-sia, tata letak yang ada, penumpukan produk-produk, serta menghambat produksi maka perlu dilakukan pembenahan tata letak.
Tata letak mesin-mesin dalam pabrik diatur sebaik mungkin dengan mempertimbangkan sistem produksi, efesiensi ruang, argonomik, keselamatan kerja dan keamanan kerja. Layout pabrik disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1.      Product Oriented Layout, yaitu pengaturan tata letak mesin atau work station menurut urutan proses produksi, mulai dari proses bahan baku sampai barang jadi dan pengemasan. Layout ini banyak digunakan pada pabrik dengan proses produksi berkesinambungan (continuous production process). Transportasi material dari satu alat produksi ke mesin lainnya dengan menggunakan ban berjalan (conveyor).
2.      Process oriented layout, yaitu penelompokan operasi kegiatan, mesin-mesin, peralatan dan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan yang sama pada satu areal tertentu di dalam pabrik. Pendekatan ini disebut juga sebagai functional layout.
M.   Pengoperasian Pabrik
Sebelum pengoperasian pabrik perlu disusun rencana dan program produksi yang meliputi proyeksi produksi, proyeksi kebutuhan bahan baku, kebutuhan listrik, kebutuhan bahan bakar, kebutuhan suku cadang, operator, biaya perawatan dan lain-lain.
N.    Program Produksi
Rencana program produksi disusun berdasarkan rencana penjualan yang telah dibuat sebelumnya dan perkiraan persediaan akhir barang jadi yang mungkin timbul akibat devisiasi permintaan di atas rencana penjualan. Persediaan barang jadi sebenarnya akan selalu ada selama ada selisih volume produksi dan penjualannya. Persediaan awal barang jadi pada tahun pertama belum ada (nol), sedangkan persedian akhir tahun lalu sama dengan persedian awal tahun berjalan. Jangka waktu proyeksi (time  horizone) dari proyek biasanya dibuat sekurang-kurangnya lima tahun.
O.    Proyeksi Kebutuhan Bahan Baku
Memproyeksi kebuthan bahan baku diperhitungkan kebutuhan satu periode produksi dengan jangka waktu tertentu. Proyeksi belanja bahan baku memperhitungkan laju inflasi dan pertimbangan lain.
P.     Kebutuhan Listrik dan Bahan Bakar
Guna menjalankan mesin-mesin produksi dibutuhkan bahan bakar atau tenaga listrik. Untuk keperluan perkantoran dan penerangan dibutuhkan tenaga listrik dari PLN atau Genset dengan bahan bakar. Berdasarkan data konsumsi listrik dan bahan bakar perbulan dapat dibuat estimasi biaya yang dibutuhkan.
Q.    Kebutuhan Suku Cadang dan Perawatan Mesin
Terkait dengan aspek teknis dibutuhkan dukungan suku cadang mesin dan perawatan mesin untuk menjamin kelancaran produksi. Kebutuhan suku cadang dan skedul perawatan mesin mengikuti aturan teknis yang diberikan oleh produsen atau pemasok mesin.
Perlakuan akuntansi terhadap pembelian mesin berbeda dengan leasing. Jika perusahaan membeli mesin, maka biaya yang ditanggung meliputi biaya perawatan, biaya penyusutan, dan biaya bunga atas pinjaman untuk membeli mesin tersebut.

















BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Produk dapat dikatakan layak secara teknis jika produk dapat diterima dan dapat diproduksi secara secara massal dengan mudah. Evaluasi kelayakan teknis melihat kepada kelayakan teknis yang digunakan. Hal ini berarti bahwa evaluasi ini melihat kepada apakah teknologi yang digunakan dapat bekerja sesuai desain dan kapasitas penggunanya
2.      Saran
Dalam mendirikan sebuah usaha perlu adanya sistem teknis dan operasi yang mendukung proses kegiatan perusahaan. Untuk itu, sebelum menjalankan sebuah usaha perlu meninjau aspek teknis produksi dan teknologi untuk melihat kelayakn dari usaha tersebut.


















DAFTAR PUSTAKA
Asnur. D. 2009. penyusunan decision support system (DSS) studi kelayakan ekonomi dan financial bagi ukm. Jurnal Vol.4Hal. 1-17
Husein Umar. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia
Munizu. M. 2010. Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal Dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro Dan Kecil (UMK) Di Sulawesi Selatan. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.12, No. 1, Hal. 33-41
Nurjanah. S. 2013. Maret. Studi kelayakan pengembangan bisnis pada pt dagang jaya Jakarta. jurnal the winners, vol. 14 No.1. Hal. 20-28

Rachman. B. 2009. KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK : Tinjauan Terhadap Aspek Teknis, Manajemen dan Regulasi. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 7 No. 2, Hal.131-146

Tidak ada komentar:

Posting Komentar